Selasa, 04 November 2008

Sikon

Anak laki-laki berusia kurang lebih enam tahun itu mengintai dari kaca jendela dengan muka marah, mata merah dan gigi berkerot saking marah dan sedihnya menyaksikan keadaan di ruangan dalam rumah itu. Ruangan itu luas dan terang-benderang, suara tetabuhan musik terdengar riuh di samping gelak tawa para tamu yang sedang dijamu oleh ayahnya. Dari luar jendela ia tidak dapat menangkap suara percakapan yang diselingi tawa itu karena amat bising bercampur suara musik, akan tetapi menyaksikan sikap ayahnya terhadap para tamu itu, anak ini menjadi marah dan sedih.

Ayahnya bicara sambil membungkuk-bungkuk, muka ayahnya yang biasanya bengis terhadap para pelayan dan angkuh terhadap orang lain, kini menjadi manis berlebih-lebihan, ter­senyum-senyum dan mengangguk-angguk, bahkan dengan kedua tangan sendiri me­layani seorang pejabat, menuangkan sendiri minuman sambil membungkuk-bungkuk. "o iya pak..?" ujarnya

Aku marah dan sedih, dan terutama sekali, aku malu sekali menyak­sikan sikap ayahku. Mengapa ayah sampai begitu merendahkan diri? Bukan­kah ayah terkenal seorang yang santun dan berwibawa yang amat kaya raya dan disegani semua orang, hal ini yang menggangu pikiran ku pada saat itu.

Berselang beberapa tahun, aku yang sudah mulai beranjak dewasa baru mengerti bahwa hidup itu haruslah tetap mengerti dan mengetahui situasi dan kondisi (SIKON),
sebagai sebuah upaya untuk berthan hidup di dunia yang makin tak terkendali ini. (MECIK MANGGIS) mungkin itu adalah ungkapan yang sering terungkap pada laku sosial masyarakat kebanyakan. Perlahan namun pasti kejadian beberapa tahun lalu itu juga mulai mengusik kehidupanku. dan hal ini pula yang mengganggu setiap langkah hidup ini.

Terlebih di saat aku sudah menjadi (DCT) salah satu anggota legislatif di daerah tempat trnggalku, aku juga berusaha belajar untuk hidup minimal seperti (bunglon), dan berupaya untuk selalu duduk seirama dengan sikon yang ada. Mecik Manggis memang diperlukan dalam hidup ini, tanpa itu aku rasa ngak sanggup lagi untuk bertahan di tengah kekejaman hidup yang penuh dengan persaingan ini. Siapa yang pintar adalah mereka yang mampu menjadikan diri hebat dengan apa adanya 'tidak lebih', jadi pintar-pintarlah membawa diri di setiap kesempatan," demikian kalimat ayahku, yang tetap kuinga-inga sampai sekarang ini.

Minggu, 17 Agustus 2008

terkejut-kejut


Di saat sedang asyiknya ngobrol dengan seorang teman melalui sebuah handpone, tiba-tiba ada kabar berita yang disampaikan oleh istriku, bahwa tetangga depan rumahku sekarang ini sedang sekarat, dan di saat ini kemungkinan sudah mati. Menurut berita terbaru, ia berusaha bunuh diri dengan cara menjerat lehernya melalui seutas tali plastik berwarna biru. Siapa yang tidak akan terkejut-kejut..mendengar sosok seorang ayah flamboyan dan pendiam serta mampu membawa diri itu nekad mengakhiri hidupnya dengan cara yang sangat tragis.
Keterkejutan yang ke dua adalah, ketika aku sampai di tempat kejadian (TKP), sosok mayat yang terbujur kaku menggelantung santai hanya berjarak 10 cm diatas permukaan tanah. Wajahnya memang memberikan ekspresi teduh, seolah-olah tanpa ada penyesalan apa yang telah dilakukukannya. "Waoww,, hebat nih orang!, mampu menunjukkan bahwa kematian memang suatu jalan ringan dan mudah yang harus dilalui setiap orang," gumam-ku.
Rupanya, sebelum kejadian, segala sesuatunya sudah diperhitungkan dengan cermat, terbukti dengan seutas tali plastik yang panjangnya berkisar 10 meter itu, pada ujung-ujung talinya masih sempat dirapikan dengan cara dibakar apik sehingga terlihat rapi dan kuat. "Mantap, hebat dan macho nih gaya bunuh dirinya,," begitu komentar masyarakat sekitar yang ketika itu mereka saling berdesak hanya untuk melihat kenyataan apa yang terjadi hari ini.
Sosok ayah yang baik ini sudah memiliki dua orang anak, yang pertama laki-laki sekolah kelas dua SMP dan yang kedua perempuan, sekolah kelas 2 Sekolah Dasar (SD). Di sini pula aku terkejut dengan pernyataan anak keduanya yang mengatakan bahwa hari ini sangat berbeda dengan hari-hari biasanya,
"hehehe.. hari ini rumahku kayax artis lho banyak dikunjungi orang, asyik khan..??" katanya polos!!
Ya..aku terkejut dengan berita haru yang hampir tidak aku percayai dan akupun terkejut dengan komentar seorang anak kecil yang mengatakan bahwa kematian itu sesuatu yang wajar dan tiada artinya,, mudah-mudahan aku tidak pernah terkejut-kejut lagi mendengar sesuatu yang tidak perlu dikejutkan, semua itu adalah fana dan kosong hanya kitalah yang berusaha mengisinya dengan bermacam-macam wasangka yang malah memberi ruang kedukaan itu maskin dalam,,
Temanku (Wendra) terkejut pula ngeliat postinganku yang terkesan aneh ini, ia mengatakan "ngak nyambung tuch antara judul, foto dan isinya, maksudnya Bli gemana sich,??" kesalnya. Aku jelasin "ya,, karena Bli pun terkejut dengan apa yang telah Bli lakukan dan rasakan saat ini, mari sama-sama rasakan suka dan duka itu menjadi sebuah kesatuan, ngak perlu bingung-bingung, entah itu kesukaanya nelpun pake aja hp mu, entah kita mau nangis dikeluarin aja, tapi itu pun ada aturannya lho....Ssssttt kata orang sich, nangis itu jangan keras-keras biar ngak ketahuan sama tetangga sebelah, dikirain kita ini banyak masalah, "pokoknya ngalir aja,, gihtcu.oke broo!!,".

Senin, 04 Agustus 2008

Siapa Yang Gila?


Perilaku nyeleneh memang kadang-kadang mampu membawa kita tetap berdiri di antara garis himpitan khayal, walaupun usia kita sudah mulai uzur, sedangkan selangkah lagi hidup ini sering kehilangan bentuknya yang sekonyong-konyong mulai aneh dan entahlah kadang-kadang hidup ini sering kita sebut sebagai kehidupan kelakar si "monyong",.
"Hahaha.. ayah sedang ngapain..??," ujar Arjuna anakku,
jawabanku sederhana "hehehe ayah sedang belajar gila naaak??,".
"Sejak kapan ayah pingin gila?," sahutnya.
Kujawab, "ya.. sejak engkau mulai lahir,".
Anakku teriak "BUSYETTTT, ayah kok sudah mulai seperti orang gila!!?,"
Aku pun menangis, "huuuuuhuhu..ya anakku, ayah sangat merindukan masa-masa kecil ayah terulang lagi, ayah iri padamu nak..engkau mampu marah, menagis dan tertawa lepas tanpa beban, kurindu hal itu nak..,"keluhku
Tiba-tiba anakku, Arjuna nyeletuk "hehehe kalau gitu Arjuna boleh donx gila kayax ayah..di saat ini Arjuna pingin dewasa nichh, enak ya..keluar ngak ada yang ngelarang, bercinta kapanpun bergaransi aman, asyik banget dech....!!, boleh ya..?, ayah khan baek..??,",
"Jangan gila kamu!!,"teriakku

Senin, 21 Juli 2008

Puisi "Nanoq da Kansas" Untuk Arjuna


Sabtu, 19 Juli 2008

TekaTeki

Jumat, 11 Juli 2008

Heran!

selama hati ini diam tentu saja tetap dikibuli oleh nurani. Kenapa?, jelas karena keadaan hati yang serba galau, bagaimana seringnya kita salah menentukan salah benar dalam pilihan itu, segalanya kosong tiada arti!.
Kadang-kadang setelah hasil pilgub 9 Juli lalu kami menangis mendesis-desis, demikian perkasa dan menyeramkan hasil Pemilihan langsung ini. Akan tetapi hanya sampai di situ saja batas untuk menyelami arti pilihan rakyat Bali yang bergelayut pada arti sebuah kemenangan aneh itu.
Bahkan beberapa hari yang lalu kami sempat bergerombol ngobrolin hasil Pilgub Bali akan tetapi, tetap kami belum mengerti arti pilihan rakyat bali. Ya.... mengenai penolakan mereka tentang keberadaan seorang calon pemimpin asal Jembrana yang sudah terbukti dan mampu mensejahterakan masyarakatnya itu kok ngak di percaya memimpin Bali. Kok, sebagian besar masyarakat Bali sebagian besar masih kurang perduli dengan kualitas pemimpin sekaliber Prof. Winasa itu?.
Arjuna tidak berminat untuk menyelami artinya lebih mendalam. Akan tetapi sekarang, pada saat Arjuna termenung, artinya meresap dalam kalbu, perlahan Arjuna ngerti sepenuhnya isi pilihan rakyat Bali, khususnya masyarakat di luar Jembrana itu. Tentu saja jawabannya adalah pentingnya posisi "Parpol", atau semboyan aneh yang disebut "ajeg Bali" yang Penuh segala kemungkinan rahasia. disinilah cermin batin setiap manusia Bali dalam mengekspresikan arah politiknya! hal ini tentu menjawab laku politik di Bali yang masih tetap kental dengan sosok dua jawaban itu.
Memang ada gerakan tidak puas tiada hentinya dalam masyarakat Jembrana. Kadang-kadang selama ini kami sudah melihat betapa banyaknya manusia melakukan kesalahan-kesalahan yang disadarinya, memiliki jawaban pembenarannya masing-masing, tentu saja mereka berusaha membenarkan segala pilihannya bahwa itulah yang terbaik. Tapi bagi kami sebagai rakyat Jembrana, mengukuhkan dan membenarkan pilihannya kepada seorang sosok sekaliber Prof. Winasa yang memimpin Jembrana yang semata-mata memang untuk mensejahterakan rakyatnya, sudah passss buanget!!!.

Kamis, 03 Juli 2008

Kanahaya Elang Semesta

Nanoq da Kansas teman bapakku merasa amat gembira dan berbahagia dengan kenyataan bahwa mbak Nur istrinya mulai mengandung! Dan sembilan bulan kemudian terbuktilah harapan kami dengan lahirnya seorang anak laki-laki yang sehat dan mungil!
Anak laki-laki itu mereka beri nama Kanahaya Elang Semesta. Tentu saja suami isteri yang dikenal sangat baik itu merasa amat berbahagia dan mereka merawat Elang penuh kasih sayang.
Dalam Boxs itu, terlelap seorang bayi mungil dan ditatap mesra dari seorang ayah tercinta, dan menurut kami Elang telah menunjukkan bahwa dia seorang bayi amat cerdik dan santun di samping memiliki wajah yang sangat tampan sekali. Dengan adanya Elang, Bli Noq/Mbak Nur merasa terhibur dan agaknya mereka sudah tidak membutuhkan apa-apa lagi, sudah cukup berbahagia hidup bertiga di dusun Moding, mempunyai para tetangga orang-orang dusun yang amat jujur dan bersahaja hidupnya, hidup sehat dekat dengan alam, Selamat ya... kami keluarga kecil Pak De,A Yogantara ikut bersenandung merdu dan gembira telah lahirnya seorang anak yang soleha...

Rabu, 02 Juli 2008

Keluarga kecil itu sendiri tenang, sama sekali bergerak stagnan, tidak ada keributan, seperti sebuah cermin besar yang menampung segala keindahan di sekelilingnya, dan anugerah sendiri langsung terjun ke dalam keharmonisan, mulai menentramkan mata. Keluargaku membentuk kehidupan asyik diibaratkan memanjang di atas permukaan air kehidupan ini.

Kehadiran tiga buah hati yang bersahaja bertambah riuh gembira. Tiga anak putih polos dan bergairah berkejaran di atas rumput dekat rumah kami, semacam angan dan harapan yang agaknya bercumbuan di pagi hari itu, menyambut keindahan pagi dengan pernyataan cinta kasih keluarga yang tiba-tiba mendesak di seluruh syaraf dan perasaan dimasing -masing lubuk hati . Dengan kasih sayang indah dan ringan, Arjuna hinggap di atas punggung orang tuaku dan bergelayut manja, dan seolah-olah kami tidak boleh dipisahkan selalu penuh erat rekat kayax lem sakti. Foto bareng yukkk ama keluarga!!

Selasa, 01 Juli 2008

Pangkung Gayung

Sungai itu amat luas sekali, dari tepinya tampak seolah-olah bebatuan bertengger angkuh dan kokoh dengan persawahan di sebelahnya yang kelihatan subur penuh dengan sisipan pohon-pohon lebat. Sungai di dusun Pangkung Gayung itu dikelilingi bebukitan yang kaya akan hutan sehingga merupakan cermin besar yang menampung bayangan pohon-pohon di dalamnya, membuat air kali kembar itu kadang-kadang kelihatan hijau jernih. Di waktu matahari naik tinggi, jika kita memandang ke sungai itu, seolah-olah kita berhadapan dengan sebuah dunia ajaib di mana segala-galanya nampak terbalik, dan pohon-pohon gunung-gunung, bahkan langitpun ditelannya! Amat indah pemandangan di sekitar sungai, indah tenteram, penuh suasana damai, sunyi-senyap dan tenang. Sepantasnya tempat seperti itu menjadi contoh penggambaran lingkungan hidup yang didambakan umat manusia jaman sekarang.

Akan tetapi tidak demikianlah kenyataannya. Keadaan di situ amat sunyi senyap karena memang orang-orang, para penghuni dusun-dusun di sekitar daerah itu, terlena mengeluti pekerjaanya di ladang-ladang. Bagi para petani sungai ini merupakan sumber nafkah bagi ratusan orang penghuni di sekitar daerah dusun Pangkung Gayung itu.

Saat itu bersama keluarga kami mendaki bebukitan di dusun tersebut, disamping menghadiri undangan upacara adat, kami juga sepakat untuk bersantai ria dan menikmati sinar matahai pagi yang baru timbul menyinarkan cahaya keemasannya. Pagi itu, sinar mentari belum menyilaukan pandangan mata dan daun-daun muda di puncak pohon-pohon bermandikan cahaya keemasan, membuat puncak-puncak pohon menjadi berkilauan penuh seri bahagia, penuh nikmat hidup. Sebagian dari cahaya yang terlampau banyak sehingga tidak tertampung oleh daun-daun di puncak pohon, menerobos melalui celah-celah pohon, melalui ranting dan dahan, membentuk sinar-sinar keputihan dengan garis-garis lurus penuh kekuatan dan daya cipta, sempat menyentuh rumput dan lumut yang tumbuh di bawah pohon-pohon yang lebat daunnya itu.

Bukanlah berarti bahwa Arjuna harus menolak kesenangan seperti yang dilakukan oleh orang-orang yang tinggal di puncak gunung, seperti di puncak bukit dusun Pangkung Gayung (sebuah bukit di desa B.B Agung kabupaten Jembrana). masyarakat di sini jus­tru mencari kesenangan dengan cara lain, yaitu menyadari sepenuhnya keagungan alam yang tetap melimpah ataupun dengan memberi kesenangan lahiriah seperti menikmati langkah-langkah kaki tapakannya, mereka sadar, mendaki setiap tanjakan bukit sebagai sarana untuk meyehatkan tubuh mereka adalah kesejatian kehidupannya,yang kerap menyanjung akan kesejatian hidup ini. Kondisi Alam seperti inilah yang kerap Arjuna dambakan sampai kapanpun, salam!

Rabu, 11 Juni 2008

Di dalam kehidupan terdapat bermacam kebutuhan yang kesemuanya amat penting. Kecukupan lahiriah berupa pangan dan papan. Ke­sehatan jasmani. Kerukunan dalam keluarga, dan sebagainya lagi. Semua itu merupakan bagian-ba­gian dari kelompok yang dinamakan keperluan atau kebutuhan hidup. Dan kesemuanya itu perlu, tidak kalah pentingnya dari bagian yang lain. Memen­tingkan satu bagian saja merupakan kebodohan karena yang satu harus ditutup oleh yang lain. Orang yang hidupnya kaya raya dan serba kecu­kupan, tetap saja akan menderita dalam hidupnya kalau kesehatan
nya terganggu.

Orang yang sehat sekalipun tetap akan menderita kalau kekurangan makan dan pakaian.
Bahkan orang yang sehat dan kaya sekalipun akan hidup menderita kalau tidak mempunyai kerukunan dalam keluarga. Arjuna akan melihat ini sebagai landasan diri dalam bertindak, berprilaku sepandajng hidup ini.

Jika melihat di waktu sakit berat, orang yang kaya akan rela kehilangan semua kekayaannya asalkan dia sembuh. Sebalik­nya, orang sehat melupakan segala dan mati-mati­an mempertaruhkan kesehatannya demi mengejar dan menumpuk harta benda. Demikianlah kenyataannya, hidup ini merupakan sekelompok kebu­tuhan-kebutuhan yang memang mutlak penting dan kesemuany saling berkaitan. Tugas Arjuna adalah berusaha memupuk segala kebaikan diri untuk mencapai kesempurnaan hidup yang tentu saja menjadi tujuan hidup keluarga, serta tetap memandang keluarga sebagai pijakan dasar hidup dalam melangkah.
Angin pagi ditaman anggrek buatanku sendiri amat sejuk dan me­nyegarkan udara yang bersih itu. Cuaca amat lembut dengan cahaya matahari yang belum mun­cul sepenuhnya, mengecat segala sesuatu dengan warna keemasan yang cemerlang. Mutiara-mutiara embun bergantung di ujung daun-daun pohon berkilauan amat indahnya, juga ujung rumput-rumput hijau subur dihias mutiara embun sehingga sekilas pandang rumput-rumput itu seperti hiasan yang dirias mutiara.

Sinar ma­tahari lembut yang menerobos celah-celah daun pohon menciptakan seberkas cahaya yang mempe­sonakan, seolah-olah merupakan bukti hubungan yang tak terpisahkan antara bumi dan langit. Apa­kah artinya bumi tanpa adanya cahaya matahari yang menghidupkannya dan yang membuatnya demikian indahnya? Sebaliknya, apa pula artinya cahaya matahari tanpa adanya bumi yang menam­pungnya? Kesatuan keagungan ini menciptakan kemujijatan, kebesaran, dan keindahan yang amat hebat dan mengharukan. Disinilah Arjuna mampu duduk sendiri termenung memandang dan mambayangkan keindahan serta keagungan alam yang membawa decak kekaguman di hati seorang anak kecil seperti diriku.

Bersama Para Blogger

Matahari tersembul dari permukaan taman disebelah ti­mur rumahku, menciptakan jalur keemasan di atas pohonan yang tenang dan berwarna hijau gelap. Kadang-kadang nampak badan bayanganku tersembul, putih berkilauan, hanya sekelebatan saja karena bayanganku itu segera menyelam kembali dan membuat lingkaran yang makin melebar di permukaan tanah yang ditumbuhi hijau rumput taman. Kadang-kadang ada harapan baru yang menimbulkan suara dan nyanyian hatiku memecah ketika rasa senang dan kagum menyelimuti hatiku, pada perkembangan dunia maya yang menjadi bagian dari hidupke sekarang.

Namun segala sesuatu yang berkaitan dunia teka-teki mendatangkan rasa penasaran yang berkepanjangan. Begitupula dengan kehadiran sebuah dunia blogg membuat Arjuna menjadi tertarik untuk mengarungi dunia maya ini dengan harapan segala bentuk sentuhan seni kreasi terwujud dan mampu diterjemahkan jiwa arjuna dengan santun. Hati yang menukik tajam pada keinginan untuk berkreasi yang membuahkan rasa yang makin peka terhadap pentingnya memahami dunia teknologi ini.

kesimpulan Arjuna adalah kenapa mesti menjauhkan diri terhadap teknologi selagi hidup kalau akhirnya semua inipun akan mendatangkan kesukaan? Kena­pa mesti menyusahkan sesuatu setelah mengetahui benar bahwa segala sesuatu di dunia ini indah adanya?, jadi perkenalkanlh dirimumu pada dunia ajaib ini. Di sinilah kesadaran seorang anak sederhana, miskin, bodoh ingin menampilkan sebuah hasil karya apa adanya dengan tujuan ingin menjadi bagian dari dunia yang luar biasa ini.

Kesenangan dan kesusahan itu hanya seperti angin lalu saja, datang silih berganti dan menjadi permainan daripada pikiran sendiri. Kekosongan akan pengetahuan (IT) mempengaruhi mata sehingga orang tidak lagi dapat menikmati keindahan terlebih bagi kehadiran dunia blog ini. Akan tetapi, setelah Arjuna membuka mata dan melihat kenyataan tentang dunia baru ini Maka, Arjuna dapat menikmati keindahan di pagi hari, siang, maupun di malam hari selalu lebih bersemangat dan penuh harapan baru. Selamat buat para blogger yang mampu menciptakan hasil karya seni luar biasa dan penuh dengan sentuhan kreasi yang tak terpikirkan oleh arjuna.

Jumat, 06 Juni 2008

Apa

dan

bagaimana

cinta kasih itu?...

Ahh, mana mungkin anak kecil seperti Arjuna dapat menggambarkan bagaimana adanya cinta kasih itu? Sama dengan harus menggambarkan bagaimana adanya Tuhan itu!.

Yang penting bagi Arjuna, adalah tahu apa sesungguh­nya yang bukan cinta itu!, Selama ada kepentingan yang ingin disenangkan melalui orang yang kita cinta, maka mana mungkin ada cinta kasih? Yang ada tentulah hanya kekecewaan, kedukaan, kebencian dan permusuhan belaka!”. Jadilah Arjuna berharap cinta kasih orang tua yang tulus itu mampu menyentuh rasa cinta si anak ini yang kadang-kadang kabur dan ngak jelas ini.


Api....?

Asap....!

Abu....!

Cinta....?

Kepuasan....!

Kesenangan....!

Akhirnya....?

Kecewa....!

Sengsara....!

Benci....!

Aku ada Cinta tiada!

Sesungguhnya dalam hati Arjuna memandang bahwa cinta itu mendatangkan kesenangan, kebanggaan dan sebagainya. Akan tetapi seringkali arjuna merenungkan bahwa setiap orang manusia itu kalau sudah dinilai, sudah pasti mengandung dua sifat bertentangan, ada baik tentu ada buruknya. Mencinta dengan dasar rasa ketertarikan, padahal hal tersebut dapat pudar, dapat lenyap dan dapat berkurang menurut suasana hati yang m,emandangnya. Begitu, rasa bosan datang, sehingga yang menjadi pendorong cinta itu pudar atau lenyap maka cinta­nya turut lenyap.

Dan harus diingat lagi bahwa hal-hal yang dianggap baik dan menyenangkan itu hanya dianggap demi­kian karena belum tercapai oleh harapan, akan tetapi apabila sudah berada di tangan kita, biasanya muncul penyakit bosan dan segala keindahan itu sudah tidak nampak sebaik sebelum terdapat!” Arjuna sendiri ngeri apabila berhadapan dengan penyakit "bosan" ini. Langkah Arjuna jika berhadapan dengan penyakit ini rasa sadar yaitu berhak untuk menikmati hidup, berhak se­penuhnya! Akan tetapi, PENGEJARAN terhadap kesenangan itulah yang menye­satkan! Ini merupakan kenyataan, bukan teori atau pendapat kosong belaka. Arjuna harus waspada dan sadar akan kenyataan ini untuk menyentuh rasa bosan menjadi keriangan tersendiri.


Kamis, 29 Mei 2008

Cerita Pagi


animated myspace comments
Menjelang pagi, pada saat ayam ramai berkokok menyambut munculnya matahari yang sudah mengirim lebih dulu cahaya merahnya, ke dua orang tuaku udah bersiap mengerjakan aktivitasnya. Seperti biasa kemudian akupun bangun dan berlarian cepat menghampiri mereka, ya.. berlari cepat sekali meninggalkan tempat tidurku. Aku juga yang paling akhir membuka kelopak mata ini yang senantiasa berat. Dengan manja Arjuna menghampiri mereka, keluarga yang paling kusayangi ini. Sementara kedua kakakku udah berdiam diri menyaksikan kedua ortuku berkemas, ibuku yang Pegawai pemerintahan (PNS), bapak seorang jurnalist memang kerjaannya sibuk melulu, tapi tetap saja meluangkan waktunya untuk memanjakan kami dan memberi ruang lebih menumpahkan kasih sayangnya. Pukul 7.30 WITA ortuku pamitan, sedangkan kakak pertama (Ratna) udah berangkat sekolah di SD 1 Lelateng, Negara Bali (baru kelas 1 SD sich), sedangkan tanganku melambai dengan salam kasih dan memandang keberangkatan mereka dengan doa dan harapan supaya orang kukasihi ini kembali dengan sehat dan selamat.

Kemudian Matahari sudah naik tinggi, sinarnya menerobos celah-celah daun pohon di atas kepala dan rambutku, maklum ya.. ngak terasa! keaasyikan bermain dengan Vani (kakak ke dua) aku lupa mandi, “Arjun sudah siang… cepat mandi,” teriak mbok Mang pengempuku. Arjuna sering ngak perduli dengan teriakan itu, jika dalam permainan kami menyaksikan angin semilir berdendang dengan daun bunga, mengiringi nyanyian burung-burung disekitar rumahku yang memang pohonnya banyak membuat aku betah bermain ditaman rumahku.

Di sana-sini, aku sering lupa waktu. Dengan kakakku kerap melangkahkan kaki ini panjang-panjang berlompatan saling kejar dan bermain "sembunyi-cari" dengan Vani di antara rumpun itu. Demikian indah pemandangan dan suasananya, demikian merdu pendengaran, demikian nyaman perasaan pada pagi cerah itu sehingga Arjuna lupa akan segala kesukaran yang Arjuna alami maupun yang akan Arjuna hadapi. Seolah hidup ini tersediakan bagi kehidupan yang mengalir penuh dengan harapan dan kenikmatan ciptaan Tuhan yang maha agung.

Rabu, 28 Mei 2008

Arjuna sadar, selama ini sering menciptakan air mata percuma yang bercucuran keluar, dan peristiwa ini menurut naluri arjun dapat melampiaskan duka seperti bendungan yang dibuka sehingga genangan duka itu dapat membanjir keluar (alis nangis). Akan tetapi dari manakah timbulnya air mataku? Jelaslah, bahwa air mata itu timbul dari pikiran sendiri. Pikiran dilayangkan kepada hal-hal yang sudah lewat, hal-hal yang dianggap merugikan diri sendiri, dianggap tidak cocok dengan apa yang dikehendaki sehingga hal yang telah terjadi itu mendatangkan kekecewa­an yang kemudian menciptakan rasa ne­langsa dan iba kepada diri sendiri, ohh nelangsanya acu," gumamku jika nangis. Jelaslah bahwa duka menguasai batin hanya pada saat arjun tidak sadar, pada saat arjun tidak waspada, pada saat arjuna membiarkan batin diselubungi ke­nangan hal-hal yang sudah lewat. Untuk mengempurnya, seringkali tangis arjuna itu dibuat sewajar-wajarnya tanpa menambah kedukaan yang tiada berarti. ha..ha..ha..ha..

Ingin Dianggap Baik

Apakah artinya sikap sopan di lahir kalau di batin Arjuna sendiri memandang rendah? Apakah gunanya sikap ramah dan suka kalau di dalam hati Arjuna membenci? Dan semua keadaan yang bertentangan ini terjadi setiap hari, setiap saat, di dalam kehidupan manusia di seluruh du­nia! Arjuna takut akan kehilangan kewajaran, kehilang­an kebebasan, karena Arjun INGIN DI­ANGGAP BAIK, karena sejatinya kita ingin dianggap so­pan, dianggap ramah, maka sewajarnya mengejar anggapan itu dengan menggunakan kedok palsu dari kesopanan, keramahan, kebaikan dan selanjutnya! Betapa menyedihkan hal ini! Betapa munafik dan palsunya ya... Dapatkah Arjuna hidup tanpa kepalsuan ini, dengan kesopanan yang tidak dibuat-buat, keramahan yang wajar dan tulus, senyum yang memancarkan cahaya kegembiraan dari hati, bukan sekedar usaha agar Arjuna dianggap baik belaka? Dapatkah?. Pertanyaan ini amat penting artinya bagi Arjuna kalau ingir mengenal dan menyelidiki diri sendiri. Tuhan tolong Acu ya..?

Arus Suka-Duka

sorry myspace comments
Namun sayang, betapa kita semua tidak sadar dan membiarkan diri terseret ke dalam arus suka-duka ini. Kita terseret duka, mengharapkan hiburan, menikmati hiburan yang mendatangkan suka, untuk kemudian diseret ke dalam duka kembali, dan demikian selanjutnya kita terjebak ke dalam lingkaran setan yang berupa suka dan duka. Dan lebih menyedihkan lagi, kita menganggap bahwa memang sudah demikian itulah hidup! Seolah-olah tidak ada jalan lain dalam kehidupan ini kecuali menjadi hamba suka duka yang menyedihkan.
Menurut Arjuna selama ini kita melakukan sesuatu yang amat keliru, yaitu selalu ingin lari dari duka, yang datang menyerang, ingin lari dari duka, ingin menghibur dan me­lupakan hal yang mendukakan. Usaha menjauhkan duka ini malah memperbesar duka itu sendiri! be­tapa kita mengenang-ngenang hal yang merugikan itu, terus mengunyah-ngunyah kenangan itu sehingga semua kenangan itu seolah-olah merupakan sebuah tangan setan yang meremas-remas hati kita sendiri! Untuk dapat terbebas dari duka, harapan Arjuna harus mengenal duka sebagaimana adanya, kita harus berani mengamati duka, tidak lari darinya. Karena hanya dengan pengamatan yang penuh kewas­padaan inilah maka akan timbul pengerti­an yang sedalam-dalamnya tentang duka, dan pengertian ini akan menimbulkan kesadaran yang dengan sendirinya akan melenyapkan duka tanpa kita berusaha menghilangkannya.

Kejujuran

Dan kepalsuan-kepalsuan melalui kata-kata manis dan senyum buatan ini oleh kita dinamai peradaban. Sesungguhnya pera­daban yang tidak beradab. Arjuna namakan pula kesopanan. Kesopanan yang tidak sopan. Arjuna sudah terbiasa untuk menilai keadaan luarnya saja. Inilah yang menye­babkan Arjuna sering tergelincir oleh kemanisan kata-kata dan sikap palsu. Arjuna tidak lagi peka untuk mengenal keadaan yang lebih mendalam, karena perasaan Arjuna sudah dibikin tumpul oleh kebiasaan menilai kulit cinta itu. Maka diobral orang­lah kata-kata “aku cinta padamu” se­hingga tidak ada artinya lagi. Diobral juga senyum palsu, sikap meng­hormat, menjilat, yang kesemuanya itu sesungguhnya tidak wajar dan palsu ada­nya. Hal ini dapat Arjuna lihat jelas sekali terjadi di sekeliling kita, bahkan dalam diri kita, kalau saja kita mau membuka mata memandang dan mengamati apa adanya. Dapatkah kita hidup tanpa men­jadi hamba kepalsuan ini?, marilah belajar mengarungi peradaban secara jujur

Sabtu, 24 Mei 2008

Rasa

Jika saya mengenang sejarah masa lalu 3 tahun silam, process yang mirip keajaiban juga telah terjadi pada diriku, ketika ibundaku mampu menaklukkan seluruh urat nadi kewajibannya dimana membawaku kemana-mana selama sembilan bulan dan beberapa jam kemudian aku menjelma menjadi seorang bayi yang lucu dan berpotensi sehat. Di bawah payung kasih sayang seorang ibu pula, process ini terjadi dengan bentuk yang berbeda. Rasa sakit di sekitar pinggulnya mampu ditepis hanya untuk melihat wajah anaknya, wah bangganya aku. Ajaibnya pelaku kedua pasti juga berbeda, ayahku juga dengan setia dan berjuang dalam doanya, tetap menunggu penuh harap agar aku lahir selamat dan sehat, ini menandakan bahwa kedua orang tuaku mengasihiku. Bukti-bukti di lapangan dapat saya rasakan bagaiamana bekas peluh mereka menyentuh dan membasahi kulitku. Keringat kasih sayang ketika rasa lelah bekerja tidak dirasakannya, demi membelikan aku sekaleng susu dan makanan lainnya yang uenak-enak mereka bekerja keras, artinya kewajiban ortuku (pak de'a dan bu ndah) telah menyatakan bahwa mereka menjadi orang tua yang baik, terima kasih ya..., doa arjuna menyertaimu.

Jumat, 23 Mei 2008

Jujur

Kejujuran adalah
batu penjuru dari segala kesuksesan,
Pengakuan adalah
motivasi terkuat.
Bahkan kritik dapat membangun rasa percaya diri
saat
"disisipkan"
diantara pujian.

Rabu, 21 Mei 2008


Satu-satunya cara
Agar kita memperolehi kasih sayang,
Ialah
Jangan menuntut agar kita dicintai,
Tetapi
mulailah memberi kasih sayang kepada orang lain, terutama ke anak kita lho..
tanpa
mengharapkan balasan.Oke!.

Arjuna Memantul

Permulaan cinta adalah membiarkan orang yang kamu cintai menjadi dirinya sendiri, dan tidak merubahnya menjadi gambaran yang kamu inginkan. Jika tidak, kamu hanya mencintai pantulan diri sendiri yang kamu temukan di dalam dirinya.

Mengenal Anak Kita

Tak bisa dipungkiri bahwa usia balita, tepatnya masa antara usia dua belas bulan hingga empat tahun merupakan masa ingin tahu anak yang terbesar. Orang dewasa sering salah mengartikan rasa ingin tahu yang luar bisaa ini dengan menganggap anak-anak ini tidak mempunyai kemampuan untuk berkonsentrasi. Mereka tidak tahu maksud dari tindakan-tindakan yang dilakukan anaknya seperti memecahkan vas bunga, mencoba menggapai lampu pijar, mendekati kompor yang sedang menyala dll.

Sesungguhnya anak-anak itu sedang belajar. Seorang anak kecil, memiliki keinginan yang besar untuk belajar biasanya dihubungkan dengan proses yang terjadi pada seseorang yang sedang mendapatkan ilmu, sedangkan mendidik adalah proses belajar yang dituntun oleh seorang guru atau sekolah. Karena hal itulah orang kadang merasa bahwa pendidikan formal dimulai pada usia enam tahun, proses belajar yang lebih penting lainnya pun mulai pada usia enam tahun.

Ketika anak berusia enam tahun , ia telah mempelajari hampir semua fakta dasar mengenai dirinya dan keluarganya. Ia telah belajar mengenal tetangga dan hubungannya dengan dirinya, serta lingkungan sekitarnya dan fakta-fakta dasar lainnya. Hal ini dilakukan sebelum ia melihat sebuah ruangan kelas. Namun sayang sekali banyak orang yang meremehkan kemampuan belajar anak kecil, meskipun pengalaman telah membuktikan bahwa kita dapat berjalan, berbicara pada umumnya terjadi pada usia balita. Orang tua justru lebih suka mengekang dan mengalihkan perhatiannya pada hal-hal yang kita anggap lebih baik. Kita bahkan lebih sering menghalangi proses belajar anak pada usia ini dengan berbagai dalih, seperti ; agar tetap bersih , aman dll. Berbagai metode telah dipergunakan untuk mengatasi rasa ingin tahu

Metode pengalihan perhatian yang menghambat rasa ingin tahu anak berikutnya adalah dengan dengan mengembalikan dia ke dalam kerangkeng ( boks ). Sesungguhnya kalau mau jujur kita bisa bertanya manfaat boks itu untuk siapa ? Untuk anak ataukah untuk orang tuanya ? Hanya sedikit orang tua yang menyadari betapa merugikannya sebuah boks. Boks menghambat perkembangan penglihatan anak, ketangkasan tangan dan kakinya, koordinasi tangan dan mata serta berbagai macam kemampuan yang lain.

Maka jangan menghambat anak untuk belajar pada periode kehidupannya ketika keinginan untuk belajar sedang berada pada puncaknya. Namun justru pada periode ini kebanyakan kita menjaga supaya anak tetap bersih, cukup makan. Aman dari dunia sekitarnya , tapi kosong dari proses belajar. Belajar adalah permainan yang paling hebat dalam kehidupan ini dan paling menyenangkan

Selasa, 20 Mei 2008

Kebersamaan


Banyak faktor yang akan mengikuti proses kebersamaan dalam keluarga, yang akan saya temukan dalam perjalanan menuju dunia masa kecil – dunia penuh keriangan. Semua itu akan saya temukan sekaligus pemecahannya sesuai situasi dan perkembangan yang terjadi. Nah, sekarang jangan melamun saja. Mulailah belajar bercinta kasih sesuai dengan inspirasi yang ada di kepala dan jiwa kita dan berupaya memaknai peran keluarga sebagai pilar penting untuk menuju keluarga bahagia. Selamat datang di dunia harmonis

Arjuna Berkata




Keindahan kata yang dimaksud dalam cinta/kasih sayang adalah, kata-kata yang dipergunakan secara tepat untuk mengungkapkan atau menggambarkan sesuatu, sehingga kata-kata cinta yang dipergunakan itu memiliki kekuatan untuk memperdalam makna kasih sayang, enak saat direnungi dan dilakukan. Sama sekali bukan pengandaian-pengandaian klise yang biasanya sering dipergunakan untuk berbasa-basi, jadi cintaku dan cintamu harus tulus dan bermakna, setuju khan?.

Cinta Arjuna


aku

kamu

dan dia

mungkin memang berbeda banyak

tapi perbedaan itulah yang membuat aku ada di antara kamu

menjadikan kamu ada di sekeliling aku

mengadakan dia di samping aku dan kamu

jadi, kenapa mesti takut berbeda

bila itu membuat aku, kamu dan dia ada

kemarin, hari ini dan esok saja

tak sepenuhnya sama

dan

dia, kamu, aku

tetap hidup di dalamnya bersama-sama

yang penting itu damai

agar kamu, dia dan aku

tetap mengada

dalam

cinta

!